Ibu Hamil yang Terlalu Kurus Berisiko Mengalami 4 Hal Ini

Sumber Gambar:

Bagi wanita yang terlalu kurus dan ingin merencanakan kehamilan, disarankan untuk meningkatkan bobot tubuh terlebih dulu. Soalnya, ibu hamil yang terlalu kurus lebih berisiko mengalami komplikasi kehamilan.

Seorang wanita bisa dikatakan terlalu kurus atau berat badan terlalu rendah kalau memiliki indeks massa tubuh (IMT) di bawah 18,5. Memulai kehamilan dengan tubuh terlalu kurus dapat membawa berbagai risiko kesehatan baik bagi ibu maupun janin. Selain itu, wanita yang terlalu kurus kemungkinan juga akan kesulitan menaikkan bobot tubuh sesuai yang dianjurkan selama hamil.

Risiko yang Terjadi Jika Hamil dengan Kondisi Terlalu Kurus

Berikut ini adalah beberapa risiko komplikasi kehamilan yang mungkin dialami jika terlalu kurus saat hamil:

1. Keguguran

Meski dapat disebabkan oleh beragam hal, risiko terjadinya keguguran akan semakin meningkat jika ibu hamil terlalu kurus. Umumnya berat badan terlalu rendah disebabkan jumlah dan asupan nutrisi yang kurang.

Jadi, untuk menurunkan risiko tersebut, dokter umumnya akan memberikan rekomendasi perbaikan asupan nutrisi.

2. Kelahiran prematur

Ibu hamil yang terlalu kurus juga berisiko melahirkan seacar prematur atau lahir lebih awal dari seharusnya. Ibu hamil dikatakan melahirkan prematur jika persalinan terjadi sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu.

Bayi prematur rentan terserang infeksi, serta lebih berisiko mengalami beragam masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan, gangguan metabolisme, atau pendarahan di otak.

3. Ukuran janin terlalu kecil

Selama di rahim, janin akan mendapatkan asupan nutrisi dari ibu. Nah, jika terlalu kurus, nutrisi untuk tubuh ibu saja mungkin kurang, apalagi untuk janin. Hal ini dapat membuat pertumbuhan janin terhambat.

Jika hal ini terjadi, bayi berisiko mengalami kekurangan oksigen saat lahir, memiliki kadar gula darah yang rendah, dan darah yang kental akibat banyaknya jumlah sel darah merah. Selain itu, bayi juga bisa lebih berisiko mengalami kecacatan dan gangguan saraf, serta perlu dilahirkan melalui operasi caesar.

4. Bayi lahir dengan berat badan rendah

Berat badan bayi saat lahir normalnya adalah 2,5–3,5 kg. Kalau ibu hamil terlalu kurus, bayi kemungkinan juga bisa lahir dengan berat badan rendah atau kurang dari 2,5 kg.

Bayi dengan berat badan rendah umumnya lebih rentan menderita berbagai penyakit, bahkan mengalami keterlambatan perkembangan motorik dan kesulitan dalam belajar.

Tips Menaikkan Berat Badan Sehat Saat Hamil

Untuk mencegah berat badan yang terlalu kurus saat hamil, wanita yang akan merencanakan kehamilan bisa mencoba beberapa cara berikut ini:

  • Hindari melewatkan waktu makan, terutama sarapan.
  • Makan dalam porsi kecil sebanyak 5−6 kali sehari, kalau sulit menghabiskan makanan dalam porsi besar sekaligus.
  • Selalu sediakan camilan sehat, seperti keju, kacang-kacangan, buah potong, yoghurt, atau es krim, agar mudah disantap setiap saat.
  • Perbanyak konsumsi makanan yang tinggi lemak baik, seperti minyak zaitun, alpukat, kacang-kacangan, atau ikan.
  • Konsumsi jus segar, seperti jus jeruk, jus pepaya, atau jus anggur.
  • Tambahkan selai kacang, keju, mentega, atau krim keju pada makanan yang dikonsumsi.

Hamil dengan kondisi tubuh yang terlalu kurus dapat membahayakan janin. Oleh sebab itu, kalau kamu ingin merencanakan kehamilan, usahakan untuk menaikkan berat badan terlebih dahulu, ya.

Kamu juga disarankan rajin kontrol ke dokter untuk memantau peningkatan berat badan. Dokter akan menentukan apakah kondisi kesehatanmu baik atau tidak untuk memulai program kehamilan.

Artikel Lainnya

Mengenal Denyut Jantung Bayi Normal

September 9, 2024

Mengenal Denyut Jantung Bayi Normal

Denyut jantung bayi normal penting untuk diketahui karena merupakan salah satu tanda vital yang dapat memberikan gambaran kesehatan bayi secara umum. Denyut jantung bayi yang terlalu lambat, cepat, atau tidak teratur bisa saja menandakan adanya gangguan yang memerlukan penanganan dokter.

Tanda vital manusia ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu tekanan darah, suhu tubuh, frekuensi pernapasan, dan denyut jantung. Denyut jantung bayi normal tidaklah sama dengan denyut jantung anak-anak maupun orang dewasa.

Untuk mengetahui denyut jantung bayi normal dan kondisi apa saja yang bisa mengakibatkan denyut jantung bayi tidak normal, simak pembahasannya berikut ini.

Mengetahui Denyut Jantung Bayi Normal

Denyut jantung bayi diukur berdasarkan seberapa banyak jantung berdenyut per menitnya. Denyut jantung bayi bisa lebih cepat saat dia sedang bergerak aktif dan menjadi lebih lambat saat sedang tidur.

Denyut jantung bayi normal berkisar antara 100–160 denyut per menit (bpm). Namun, denyut jantung ini berbeda-beda sesuai usia bayi. Pada bayi baru lahir, denyut jantung bisa dipengaruhi oleh faktor genetik dan usia kehamilan ibu saat bayi dilahirkan.

Berikut ini adalah panduan denyut jantung bayi normal yang bisa Ayah dan Bunda gunakan untuk memantau kondisi kesehatan Si Kecil:

  • Bayi baru lahir: berkisar antara 100–205 denyut per menit saat bangun dan 90–160 denyut permenit saat tidur
  • Usia hingga 12 bulan: berkisar antara 100–180 denyut per menit saat bangun dan 90–160 saat tidur
  • Usia 12–24 bulan: berkisar antara 98–140 denyut per menit saat bangun dan 80–120 denyut per menit saat tidur

Untuk memeriksa denyut jantung bayi normal, Ayah dan Bunda dapat meletakkan jari telunjuk dan tengah di pergelangan tangan, lipatan siku, sisi dalam leher, atau bagian atas mata kaki dalam Si Kecil. Hitunglah jumlah denyut dalam 30 detik, lalu dikalikan dua.

Apa yang Terjadi Jika Denyut Jantung Bayi Tidak Normal?

Denyut jantung bayi tidak normal di sebut juga aritmia. Ini merupakan kondisi di mana denyut jantung bisa menjadi lebih cepat atau lebih lambat, atau iramanya tidak teratur. Aritmia terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:

Takikardia

Denyut jantung bayi yang terus-menerus lebih cepat dari kondisi normal disebut takikardia. Ada dua jenis takikardia yang biasanya terjadi pada bayi dan anak, yaitu:

  • Takikardia supraventrikular, yaitu kelainan denyut jantung yang paling umum terjadi pada bayi di tahun pertama dan disebabkan oleh gangguan pada sinyal listrik jantung
  • Takikardia ventrikel, yaitu jenis aritmia yang dimulai di bilik jantung bagian bawah (ventrikel). Kondisi ini menyebabkan jantung tidak memompa cukup darah ke tubuh

Bradikardia

Denyut jantung bayi yang lebih lambat dari kondisi normal disebut bradikardia. Sama seperti takikardia, ada dua jenis bradikaria yang paling umum terjadi pada bayi, yaitu:

  • Blok jantung, yaitu kondisi ketika sinyal listrik yang menyuplai jantung tersumbat dan memengaruhi sel jantung di atrium kanan yang berfungsi sebagai pacu jantung alami
  • Sinus bradikaria, sering terjadi pada bayi lahir prematur karena paparan obat-obatan sebelum bayi lahir, gangguan pernapasan, dan hipotermia

Kontraksi atrial prematur dan kontraksi ventrikel prematur

Denyut jantung bayi tidak normal juga dapat menjadi tanda adanya kontraksi atrial prematur dan kontraksi ventrikel prematur. Pada kondisi ini, denyut jantung Si Kecil mungkin lebih cepat daripada biasanya, atau ada denyut tambahan yang lebih cepat dari denyut jantung normal bayi.

Kontraksi atrial prematur dan kontraksi ventrikel prematur ini dianggap umum dan normal jika hanya muncul sesekali. Namun, jika sering terjadi, maka bisa menjadi tanda adanya gangguan jantung pada bayi.

Denyut jantung bayi tidak normal bisa disebabkan oleh gangguan pada jantung atau masalah kesehatan lain, seperti infeksi atau gangguan metabolisme tubuh. Oleh karena itu, penting bagi Ayah dan Bunda untuk mengetahui denyut jantung bayi normal agar lebih cepat menemukan adanya kelainan yang dialami Si Kecil.

Jangan ragu untuk membawa Si Kecil ke dokter anak jika Ayah dan Bunda merasakan denyut jantung bayi tidak normal, terlebih jika kondisi ini sering terjadi atau berlangsung cukup lama.

Dampak Buruk Polusi Udara bagi Kehamilan

September 9, 2024

Dampak Buruk Polusi Udara bagi Kehamilan

Terdapat dampak buruk yang bisa dirasakan oleh ibu hamil dan janinnya jika terlalu sering terpapar polusi udara. Salah satu dampak buruk polusi udara terhadap kehamilan adalah persalinan prematur.

Polusi udara diketahui memang bisa menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, tidak terkecuali bagi ibu hamil. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui dampak polusi udara terhadap kehamilan. Polusi udara yang diteliti adalah asap kendaraan yang mengandung polutan berupa partikel dan gas beracun.

Partikel yang diteliti adalah partikulat halus berdiameter 2,5 mikro atau lebih kecil. Ukuran yang sangat kecil inilah yang membuatnya dapat menyusup ke dalam paru-paru dan masuk ke plasenta melalui aliran darah. Sementara itu, gas beracun yang dimaksud adalah karbon monoksida dan sulfur dioksida. Zat ini bisa menyebabkan terjadinya hujan asam.

Dampak Paparan Polusi Udara terhadap Ibu Hamil dan Janin

Tumbuh kembang dan kesehatan janin sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibunya dan berbagai paparan dari lingkungan yang diterima janin melalui tubuh ibunya, termasuk zat-zat beracun dari polusi udara.

Ada beberapa dampak buruk paparan polusi udara terhadap kehamilan, yaitu:

1. Kelahiran prematur

Berdasarkan salah satu penelitian, hampir 3 juta bayi terlahir prematur setiap tahun karena paparan polusi udara. Itu berarti sekitar 18 persen dari semua kelahiran prematur disebabkan oleh polusi udara.

Meski kelahiran prematur dapat terjadi karena berbagai hal, tetapi polusi udara adalah salah satu penyebab yang dapat dihindari untuk mengurangi risiko Bumil mengalami hal tersebut.

2. Berat badan bayi lahir rendah

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti ibu yang kurang gizi, kehamilan kembar, atau infeksi selama kehamilan. Selain itu, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ibu hamil yang sering terpapar polusi udara juga berisiko melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 2,5 kg.

3. Autisme

Penelitian mengungkapkan bahwa ibu hamil yang terpapar polusi udara secara berlebihan, terutama selama trimester akhir kehamilan, memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan autisme.

4. Komplikasi asma

Paparan polusi udara yang terus-menerus dapat memicu penyakit asma. Pada ibu hamil, kondisi ini bisa sangat berbahaya karena asma dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan, termasuk preeklamsia.

Tidak hanya itu, kalau asma tersebut kambuh dan tidak segera ditangani, keselamatan janin bisa terancam akibat kekurangan oksigen.

Agar terhindar dari berbagai dampak buruk polusi udara terhadap kehamilan, Bumil perlu mulai memperhatikan kondisi udara di lingkungan sekitar tempat tinggal. Kalau Bumil tinggal di wilayah yang banyak polusi, sebaiknya batasi aktivitas di luar ruangan, ya.

Bila memang harus beraktivitas di luar ruangan, kenakan masker dan upayakan untuk memilih waktu di pagi hari atau setelah matahari terbenam. Ini karena sinar matahari di siang hari dapat meningkatkan kadar ozon yang akan membuat polutan terperangkap di udara.

Untuk menjaga kualitas udara di dalam rumah, Bumil bisa memasang filter udara di dalam ruangan dan menutup semua jendela agar polusi udara tidak masuk ke dalam rumah. Selain itu, ingatkan orang-orang yang tinggal serumah dengan Bumil untuk tidak merokok di dalam rumah.

Hal yang tidak kalah penting adalah rutin memeriksakan kehamilan ke dokter untuk memantau kondisi kesehatan Bumil dan janin.

Mengenal Oligohidramnios, Salah Satu Penyebab Persalinan Prematur

September 9, 2024

Mengenal Oligohidramnios, Salah Satu Penyebab Persalinan Prematur

Oligohidramnios atau disebut juga oligohidramnion adalah masalah kehamilan yang ditandai dengan jumlah cairan ketuban yang terlalu sedikit. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat meningkatkan risiko gangguan kehamilan, seperti persalinan prematur.

Cairan ketuban adalah cairan yang terdapat di dalam rahim selama masa kehamilan. Cairan ini berwarna bening kekuningan dan tidak berbau, serta mengandung nutrisi, hormon, dan antibodi yang berfungsi untuk mendukung perkembangan janin.

Selain berperan penting dalam tumbuh kembang janin, cairan ketuban juga memiliki banyak fungsi lain, di antaranya:

  • Melindungi janin dari guncangan atau cedera fisik dan infeksi
  • Menjaga suhu di dalam rahim tetap hangat
  • Mencegah tekanan pada tali pusat yang mengganggu pasokan oksigen pada bayi
  • Membantu pembentukan dan pematangan organ tubuh janin
  • Memberi ruang bagi janin untuk bergerak guna mendukung perkembangan tulang dan ototnya

Akan tetapi, fungsi-fungsi tersebut tidak dapat diperoleh jika volume cairan ketuban di dalam rahim berada di bawah jumlah normal. Kondisi yang disebut dengan oligohidramnios tersebut berisiko menimbulkan berbagai masalah bagi kesehatan janin.

Proses Terbentuknya Kantung dan Cairan Ketuban

Kantung ketuban yang berisi cairan ketuban terbentuk 12 hari setelah terjadi pembuahan. Pada trimester kedua kehamilan, bayi mulai dapat bernapas, menelan cairan ketuban, dan mengeluarkannya sebagai urine. Hal ini bertujuan agar jumlah cairan ketuban tetap terjaga dan stabil.

Ketersediaan cairan ketuban dalam kadar normal sangat penting agar kondisi janin tetap sehat, serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin.

Pada usia kehamilan 34 minggu, ibu hamil akan memiliki sekitar 800 ml cairan ketuban. Setelah itu, cairan ini perlahan akan berkurang seiring waktu persalinan yang semakin dekat.

Seputar Oligohidramnios dan Penyebabnya

Oligohidramnios adalah kondisi saat volume atau kadar air ketuban terlalu sedkit. Kondisi ini sering kali tidak bergejala, sehingga dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa USG oleh dokter untuk mengetahui jumlah cairan ketuban.

Saat menjalani pemeriksaan, ibu hamil dapat dikatakan menderita oligohidramnios bila memiliki kondisi sebagai berikut:

  • Indeks cairan ketuban kurang dari 5 cm pada akhir trimester kedua
  • Jumlah cairan ketuban kurang dari 500 ml pada usia kehamilan 32–36 minggu

Sebaliknya, jika jumlah cairan ketuban di dalam tubuh ibu hamil berlebihan, kondisi ini disebut polihidramnion. Polihidramnion juga dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan.

Oligohidramnios dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

  • Gangguan plasenta
  • Kelainan pada janin, misalnya kelainan genetik dan IUGR
  • Kebocoran atau pecahnya kantung ketuban, misalnya karena ketuban pecah dini
  • Persalinan yang lewat dari tanggal perkiraan
  • Penyakit tertentu yang diderita ibu, seperti diabetes dan hipertensi
  • Dehidrasi

Oligohidramnios dapat terjadi kapan saja, tetapi kondisi ini lebih sering terjadi di akhir trimester ketiga kehamilan. Selain itu, ibu hamil yang mengandung bayi kembar juga lebih berisiko mengalami oligohidramnios.

Ibu hamil berisiko tinggi mengalami keguguran jika oligohidramnios terdiagnosis sebelum kehamilan berusia 20 minggu. Namun, jika kondisi ini terdiagnosis menjelang trimester akhir kehamilan, risiko yang lebih umum terjadi adalah kelahiran prematur.

Terkadang, dokter akan merekomendasikan ibu hamil yang mengalami oligohidramnios untuk melahirkan dengan operasi caesar.

Penanganan Oligohidramnios

Penanganan oligohidramnios tergantung pada kondisi bayi, usia kehamilan, dan ada atau tidaknya komplikasi selama kehamilan. Untuk menangani oligohidramnios, dokter dapat melakukan beberapa penanganan berikut ini:

1. Pemantauan berkala

Agar dapat terpantau lebih ketat, dokter biasanya akan menyarankan ibu hamil yang menderita oligohidramnios untuk menjalani pemeriksaan kandungan dan USG lebih sering dari jadwal pada umumnya.

2. Minum lebih banyak air putih

Ibu hamil dengan oligohidramnios biasanya dianjurkan untuk minum air putih lebih banyak agar jumlah cairan ketuban bisa bertambah. Jika ibu hamil sulit makan dan minum atau berisiko mengalami dehidrasi, dokter mungkin akan memberikan terapi cairan melalui infus.

3. Induksi persalinan

Induksi persalinan atau merangsang persalinan biasanya dilakukan jika usia kehamilan sudah mendekati waktu perkiraan kelahiran bayi.

Terkadang, dokter juga akan melakukan induksi persalinan pada ibu hamil dengan oligohidramnios yang memiliki kondisi tertentu, seperti preeklampsia, atau jika pertumbuhan janin di dalam kandungan terhambat.

4. Induksi ketuban

Metode induksi ketuban dilakukan dengan cara mengalirkan cairan ketuban buatan melalui kateter atau selang khusus yang dimasukkan ke dalam rahim. Langkah penanganan ini bisa dilakukan jika cairan ketuban tak kunjung bertambah atau janin berisiko mengalami lilitan tali pusat.

5. Operasi caesar

Jika persalinan secara normal tidak mungkin dilakukan atau terjadi kondisi gawat janin, dokter kandungan mungkin akan melakukan operasi caesar untuk mengeluarkan janin.

Sebenarnya, oligohidramnios dapat dideteksi dan ditangani lebih dini oleh dokter jika ibu hamil melakukan pemeriksakan kandungan secara teratur. Oleh karena itu, pastikan Bumil melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin agar kondisi kehamilan dapat dipantau.

Pada sebagian kasus, ibu hamil yang menderita oligohidramnios bisa melahirkan bayi yang sehat. Namun, risiko janin mengalami gangguan kesehatan akan tetap tinggi apabila oligohidramnios tidak ditangani sejak dini.

Dokter Perinatologi akan Menangani Masalah Kehamilan Anda

September 9, 2024

Dokter Perinatologi akan Menangani Masalah Kehamilan Anda

Wanita hamil yang memiliki kehamilan risiko tinggi atau masalah pada janinnya dianjurkan untuk berkonsultasi kepada dokter perinatologi. Tujuannya agar masalah yang dihadapi terkait kehamilan khususnya yang mengalami penyakit tertentu, mendapatkan penanganan yang tepat sehingga ibu dan janin tetap dalam kondisi sehat hingga setelah proses melahirkan.

Kesehatan janin haruslah diperhatikan dengan baik, apalagi bagi ibu hamil yang memiliki masalah kesehatan khusus. Keduanya memerlukan perawatan yang lebih intensif serta serta penanganan, terutama bagi ibu hamil dengan risiko tinggi.

Peran Dokter Perinatologi terhadap Kehamilan Berisiko Tinggi

Dokter perinatologi telah secara khusus mempelajari prosedur penanganan dan perawatan ibu hamil yang mengalami masalah kesehatan selama kehamilan, seperti ibu hamil menderita diabetes (diabetes gestasional), ibu hamil menderita hipertensi (preeklamsia), ataupun beberapa penyakit lainnya yang dapat berpengaruh kepada kesehatan ibu dan janin. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan dokter perinatologi pada ibu hamil dengan risiko tinggi, antara lain:

  • Memberikan perawatan kehamilan kepada wanita yang memiliki risiko kehamilan tinggi, seperti ibu hamil yang menderita diabetes atau menderita darah tinggi.
  • Membantu menangani ibu hamil yang mengalami komplikasi semasa kehamilan atau ketika melahirkan.
  • Melakukan tes dan pengecekan kehamilan sesuai prosedur. Seperti pengecekan USG untuk mengetahui tumbuh kembang janin.
  • Memonitor proses persalinan dan melakukan intervensi ketika dibutuhkan.
  • Mengurus segala masalah kesehatan ibu hamil setelah kehamilan, seperti mengantisipasi pendarahan berlebihan, infeksi, atau tekanan darah tinggi.

Peran Dokter Perinatologi terhadap Bayi Baru Lahir dengan Masalah Kesehatan

Tidak hanya merawat ibu hamil yang mengalami masalah kesehatan saja, dokter perinatologi juga berperan dalam menjaga kesehatan bayi baru lahir, terutama bayi prematur.

Dokter perinatologi bertugas untuk mendiagnosis dan menangani bayi baru lahir yang memiliki masalah seperti cacat lahir, infeksi, susah bernapas dan menstabilisasi bayi baru lahir yang memiliki masalah yang mengancam jiwa. Dokter perinatologi juga akan berkoordinasi dengan tim dokter spesialis yang dibutuhkan untuk menangani bayi baru lahir yang bermasalah.

Umumnya dokter perinatologi akan bekerja di ruangan khusus yang disebut Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Adapun bantuan yang dapat diberikan kepada bayi prematur di ruangan ini dapat berupa:

Penggunaan inkubator

Bayi yang lahir muda atau prematur memerlukan udara yang hangat. Karena itulah bayi prematur perlu dimasukkan ke inkubator untuk menjaganya tetap hangat dan nyaman, sehingga membantunya tumbuh dengan cepat.

Ventilator

Mesin ventilator berfungsi menjaga kestabilan pernapasan bayi.

Terapi cahaya

Sebagian bayi yang baru lahir mengalami penyakit kuning karena organ hati belum dapat menghilangkan kadar bilirubin. Sebagai upaya penyembuhan, dianjurkan untuk melakukan terapi cahaya.

Selain memantau perkembangan bayi melalui monitor, dokter perinatologi dan perawat NICU juga akan melibatkan kedua orang tua dalam merawat kesehatan bayi. Kedua orang tua akan diajarkan cara merawat bayi mulai dari cara menyusui atau memberikan makan kepada bayi, mengganti popok, hingga menjaga bayi tetap hangat.

Salah satu cara yang bisa dilakukan agar bayi tetap hangat adalah dengan melakukan perawatan kanguru. Perawatan ini cukup dilakukan salah satu orang tua dengan menempatkan bayi di atas dada orang tua sehingga kulit akan bersentuhan secara langsung. Cara ini dapat membuat bayi merasa hangat, memperlancar pernapasannya, tidur dengan nyenyak, dan sekaligus menjalin kedekatan dengan orang tua.

Menjaga kesehatan diri dan janin merupakan hal yang harus dilakukan ibu hamil agar bayi dapat terlahir dalam keadaan sehat dan selamat. Agar dapat terpantau dengan baik, dianjurkan untuk rutin melakukan pemeriksaan kehamilan kepada spesialis terkait.

Mengenal Ruang NICU, Tempat Perawatan Intensif Bayi

September 2, 2024

Mengenal Ruang NICU, Tempat Perawatan Intensif Bayi

Ruang NICU merupakan tempat khusus untuk merawat bayi baru lahir yang membutuhkan pengawasan ketat dari tenaga medis. Bayi yang dirawat di ruang NICU biasanya lahir dengan gangguan kesehatan, misalnya lahir prematur atau lahir dengan cacat bawaan. Sama seperti ruang ICU, NICU atau (neonatal intensive care unit) juga digunakan untuk merawat pasien secara intensif.

Ruangan ini merupakan ruang perawatan khusus yang menyediakan sarana dan prasarana untuk mengatasi dan mencegah berbagai kondisi yang dapat membahayakan keselamatan bayi baru lahir dengan gangguan kesehatan.

Beragam Peralatan yang Ada di Ruang NICU

Ruang NICU dilengkapi berbagai perangkat medis untuk mendukung perawatan intensif bayi baru lahir. Berikut ini adalah peralatan yang dapat Anda temukan di dalam ruang NICU:

1. Inkubator

Inkubator adalah tempat tidur kecil seperti boks bayi. Bedanya, bagian atas boks ini ditutupi pembatas berbahan plastik keras berwarna transparan. Alat ini berguna untuk melindungi bayi dari paparan kuman penyebab infeksi dan menjaga tubuhnya tetap hangat. Suhu di dalam alat ini umumnya dapat diatur menyesuaikan kondisi bayi.

2. Alat terapi sinar

Sebagian inkubator sudah dilengkapi dengan alat terapi sinar atau fototerapi, tetapi ada juga yang terpisah. Selama fototerapi dilakukan, alat kelamin dan mata bayi harus ditutup karena bagian ini rentan terhadap radiasi cahaya.

Terapi sinar atau fototerapi dilakukan untuk menangani bayi yang kuning akibat kadar bilirubin yang tinggi. Melalui terapi sinar, bilirubin akan dipecah agar mudah dikeluarkan dari tubuh melalui urine. Dengan begitu, kadarnya diharapkan dapat kembali normal.

3. Ventilator

Ventilator atau alat bantu pernapasan digunakan untuk membantu pernapasan bayi baru lahir yang mengalami gagal napas atau masalah pada paru-parunya. Alat ini akan disambungkan ke selang tipis yang dimasukkan ke saluran napas bayi, baik melalui hidung, mulut, maupun lubang yang dibuat di bagian leher bayi.

4. Continuous positive airway pressure (CPAP)

Selain ventilator, ada pula alat bantu pernapasan lain yang disebut dengan continuous positive airway pressure (CPAP). Alat ini diperuntukkan bagi bayi yang masih bisa bernapas sendiri, tetapi belum optimal. CPAP disambungkan dengan selang kecil yang dimasukkan ke hidung.

5. Feeding tubes (selang makanan)

Alat ini dimasukkan ke dalam perut bayi melalui mulut atau hidung untuk menyalurkan air susu ibu (ASI) atau susu formula.

6. Selang infus

Selang infus digunakan untuk membantu pemberian obat dan cairan yang diperlukan bayi. Selang infus umumnya dipasangkan ke pembuluh darah di lengan atau tangan bayi.

7. Monitor

Seluruh bayi yang dirawat di ruang NICU terhubung dengan monitor. Monitor ini berfungsi untuk menampilkan denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, suhu, dan kadar oksigen dalam tubuh bayi.

Selain dilengkapi dengan peralatan medis, ruang NICU juga diawasi oleh sejumlah petugas medis, mencakup perawat khusus untuk NICU, dokter umum, dokter spesialis anak, dan dokter spesialis lain.

Peraturan yang Harus Diketahui di Ruang NICU

Ruang NICU adalah area steril yang tidak boleh dimasuki sembarang orang, tak terkecuali orang tua dari bayi yang dirawat. Agar ruang NICU tetap steril, pihak rumah sakit menyediakan sabun atau hand sanitizer, masker, dan pakaian khusus untuk memastikan bahwa pengunjung yang masuk ke NICU tidak membawa kuman.

Tiap rumah sakit memiliki kebijakan yang berbeda dalam membatasi jumlah pengunjung dan jam kunjungan ke ruang NICU. Aturan ini diberlakukan agar risiko paparan infeksi ke bayi dapat diminimalkan dan bayi tidak terganggu dengan suara bising.

Kondisi Bayi yang Harus Masuk ke Ruang NICU

Ada berbagai alasan bayi dirawat di NICU, tetapi kegagalan paru-paru pada bayi prematur merupakan penyebab paling sering yang memerlukan perawatan intensif di ruang NICU.

Berikut ini adalah beberapa kondisi bayi yang perlu menjalani perawatan di ruang NICU:

Neonatal respiratory distress syndrome (RDS)

Neonatal respiratory distress syndrome adalah suatu kondisi ketika terjadi gangguan pernapasan pada bayi prematur yang disebabkan oleh kurangnya zat surfaktan di paru-paru.

Tanpa adanya zat tersebut, paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna sehingga bayi tidak bisa bernapas dengan baik. Pada kondisi ini, bayi baru lahir memerlukan alat ventilator yang tersedia di ruang NICU.

Infeksi

Ada beberapa kondisi yang menyebabkan bayi baru lahir lebih rentan terkena infeksi dan salah satunya adalah lahir prematur. Sistem kekebalan tubuh bayi prematur masih sangat lemah, sehingga belum mampu melawan virus dan bakteri penyebab infeksi.

Dengan perawatan di ruang NICU, bayi baru lahir yang mengalami infeksi berat dapat dirawat secara intensif dan diberikan obat-obatan melalui infus. Bila terjadi komplikasi atau kondisi darurat, bayi dapat segera ditangani dengan peralatan medis yang lengkap di ruang NICU.

Penyakit kuning

Selain rentan terkena infeksi, bayi prematur juga berpotensi mengalami penyakit kuning. Hal ini karena organ hati pada bayi prematur belum berkembang sempurna, sehingga tidak bisa mengeluarkan bilirubin dari aliran darah.

Perawatan di ruang NICU akan mempermudah bayi mendapatkan rangkaian terapi, baik fototerapi maupun obat-obatan, untuk mengatasi penyakit kuning yang dialaminya.

Selain ketiga kondisi di atas, bayi dengan penyakit bawaan lahir atau berat badan lahir rendah, bayi kembar tiga, bayi yang mengalami masalah saat persalinan, dan bayi yang menunjukkan tanda-tanda gangguan kesehatan setelah dilahirkan, juga perlu menjalani perawatan di ruang NICU.

Apabila bayi Anda harus mendapatkan perawatan di ruang NICU, pastikan Anda telah mendapatkan informasi lengkap mengenai fasilitas dan aturan yang diterapkan rumah sakit untuk berkunjung ke ruang NICU. Berbagai informasi tersebut dapat Anda dapatkan dari dokter maupun petugas di rumah sakit.